: : :PELANGI MALAM: : :

Sabtu, 12 September 2009

BERSAMA ORANG SOLEH DI DALAM BULAN RAMADHAN


Para sahabat, tabiin dan orang-orang soleh lainnya benar-benar mengetahui hikmah dari disyariatkannya puasa Ramadhan. Mereka meyakini, Allah tidaklah mensyariatkan puasa Ramadhan dengan sia-sia. Puasa Ramadhan tidak hanya sekadar meninggalkan kebiasaan makan dan minum saja. Tapi lebih dari itu, puasa disyariatkan guna mengingatkan manusia bahawa mereka memiliki Ilah yang harus diibadahi.

Segala praktik yang dilakukan para salafus soleh adalah praktik ibadah demi menggapai redha Allah SWT. Rasulullah saw bersabda, "Seandainya umatku mengetahui apa yang terdapat pada Ramadhan, mereka berharap Ramadhan sepanjang tahun."

Pada bulan ini, Allah SWT memberikan berbagai keistimewaan yang tidak diberikan di bulan - bulan lain. Bayangkan, betapa Allah memuji bau mulut orang yang sedang shaum dengan menyatakannya lebih harum dari wewngian kasturi. Itu baru bau mulut saja, belum lagi praktik - praktik ibadah lainnya semisal membaca Al-Qur'an dan qiyaamullail.

Para sahabat menjadikan Ramadhan sebagai salah satu representasi kenikmatan terbesar yang diberikan Allah SWT kepada umat Islam. Sungguh menarik apa yang dilakukan para sahabat dalam menata kehidupannya setiap tahun.

Setiap puasa Ramadhan, Abu Hurairah ra dan para sahabat lainnya lebih banyak berdiam diri di masjid. "Kami menjaga puasa kami," begitu kata mereka. Selain itu, para salafush shalih senantiasa berhati-hati dalam berbicara. Di luar Ramadhan saja, mereka selalu berkata dengan perkataan baik, apalagi ketika Ramadhan. Pasalnya, rasulullah saw mewanti-wanti agar menjaga ucapan.

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, "Semua amalan anak-anak Adam untuknya, kecuali puasa. Karena puasa itu untuk-Ku dan Aku akan membalasnya. Puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa janganlah berkata keji dan berteriak-teriak, jika ada orang yang mencercanya atau memeranginya, maka ucapkanlah, 'Aku sedang berpuasa'. Demi dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wangi kasturi, orang yang puasa mempunyai dua kegembiraan, jika berbuka mereka gembira, jika bertemu Rabbnya mereka gembira karena puasa yang dilakukannya." (Bukhari 4/88, Muslim no. 1151, Lafadz ini milik Bukhari).

Dan di antara amalan-amalan ibadah yang utama dan dilakukan salafush shalih adalah qiyaamullail. Diriwayatkan, Abu Bakar ash-Shiddiq senantiasa melaksanakan shalat di malam hari dengan khusyuk dan sampai meneteskan air mata. Sementara Umar bin Khattab, setelah melakukan shalat malam, beliau membangunkan keluarganya untuk shalat malam sembari menyitir ayat al-Qur'an di surat Thaha ayat 132 yang berbunyi, "Dan perintahkanlah keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang memberikan rizki kepadamu.Dan akibat itu adalah bagi orang yang bertakwa."

Begitu pula halnya dengan Manshur bin al-Mu'tamir. Jika malam yang semakin larut menjelang, dia langsung mengenakan pakaian terbaiknya lalu naik ke atap rumahnya, dan shalat. Tak ketinggalan juga Sufyan ats-Tsauri. Abdul Razaq, salah seorang muridnya, menceritakan, "Suatu saat, Sufyan ats-Tsauri mendatangiku selepas Isya, lalu aku menghidangkan makanan malam yang meliputi kismis dan pisang. Setelah selesai, ia bangkit untuk berwudhu lalu mengencangkan ikat pinggangnya dan menghadap kiblat. Lalu dia berkata, "Wahai Abdul Razaq! Beri makan keledai." Selanjutnya dia meluruskan kakinya dan shalat hingga waktu subuh menjelang."

Ibnu Wahab memiliki cerita lain lagi. Dia menceritakan, "Aku melihat Sufyan ats-Tsauri di Masjidil Haram selepas Maghrib. Dia melaksanakan shalat dan bersujud. Dia tidak mengangkat kepalanya sampai menjelang waktu Shalat Isya."

Meski tidur bernilai ibadah, para ulama justru mengekang keinginannya untuk mengatupkan mata. Itulah yang dilakukan oleh wanita salafus shalih, Mu'adzah al-'Adawiyah, yang senantiasa melakukan shalat malam, mengatakan, "Aku heran dengan mata-mata yang terpejam. Selama tertidur, aku membayangkan gelapnya kuburan, aku selalu menangis."

Ibnu Qayyim al-Jauziyah malah memberikan peringatan kepada kita tentang waktu tidur yang tidak disukai Allah. "Di antara tidur yang tidak di sukai adalah tidur di antara Subuh dan matahari terbit, karena ia merupakan waktu untuk memperoleh hasil."

Dari Abu Umamah ra diriwayatkan, Rasulullah mengajarkan kepada kita, "Barangsiapa shalat Subuh berjamaah kemudian duduk berdzikir kepada Allah sampai terbitnya matahari, lalu ia mendirikan shalat dua rakaat, maka seakan-akan ia mendapatkan pahala haji dan umrah dengan sempurna."

Lalu, kapan waktu tidur? Imam al Ghazali memiliki tips yang sangat luar biasa memanfaatkan waktu untuk tidur dan mengumpulkan tenaga. Tidur dan istirahatlah menjelang shalat dzuhur atau sesudahnya. Kurang lebih selama 15 atau 30 menit. Al-Ghazali menceritakan, "Qailullah adalah simpanan energi bagi mereka yang ingin melakukan qiyamul lail pada hari itu."

Dalam Kitab al-Muwatha, Imam Malik menuturkan, Abdullah bin Abi Bakar mengulang perkataan ayahnya yang mengatakan, "Setiap setelah melangsungkan shalat malam, kita menginstruksikan pembantu untuk menyiapakan makanan, karena dikhawatirkan fajar segera menyingsing."

Bahkan, Imam Malik memiliki kebiasaan memaksimalkan kemuliaan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Caranya, selama bulan Ramadhan, Imam Malik menutup rapat semua kitab, tidak berfatwa dan tidak melayani diskusi dengan orang lain. "Bulan ini adalah Ramadhan, bulannya al-Qur'an," ujar beliau sambil menunjukkan mushafnya.

Sedangkan Imam Ahmad memiliki kebiasaan tersendiri setiap kali Ramadhan datang menghampiri dengan segala kemuliaannya. Sejak hari pertama Ramadhan, beliau akan memasuki majid dan menetap didalamnya. Bertasbih dan istighfar, memuji dan memohon ampunan. Setiap kali ia berhadas, maka Imam Ahmad berwudhu dan kembali ke dalam masjid melakukan aktivitasnya. Ia tidak pernah pulang ke rumah kecuali untuk makan, minum dan tidur barang sebentar. Mereka semuanya ingin mereguk kemuliaan Ramadhan dengan sempurna, dan tak ingin memiliki penyesalan ketika bulan mulia itu berakhir masanya.

Ibnu Qayyim al-Jauziyah menggarisbawahi pentingnya berdiam diri di masjid di dalam bulan Ramadhan. "Allah mensyariatkan ibadah puasa atas mereka untuk menghilangkan kebiasaan makan dan minum secara berlebihan, serta membersihkan hati dari noda - noda syahwat yang menghalangi hamba menuju Penciptanya. Disyariatkan pula I'tikaf, dan dengan ibadah ini ditambatkan hati untuk selalu mengingat Allah, menyendiri dengan-Nya, menghentikan segala kesibukan yang berhubungan dengan makhluk-Nya dan menghabiskan waktu hanya untuk Allah semata. Sehingga kegundahan dan luka hati, terhapus dan diisi dengan dzikrullah, mencintai dan menghadap pada-Nya."

Selain shalat malam, para salafush shalih juga mengisi Ramadhan dengan aktivitas membaca al-Qur'an. Lihatlah, di bulan Ramadhan, Utsman bin 'Affan menamatkan bacaan al-Qur'an sekali setiap harinya. Sedangkan az-Zuhri, diceritakan mengurangi kegiatan mendengar hadist dan majelis ilmu untuk lebih banyak berinteraksi dengan al-Qur'an. Sementara Ibrahim an-Nakha'i, jika memasuki hari kesepuluh terakhir di bulan Ramadhan, mengkhatamkan al-Qur'an setiap malam.

Selain itu, para sahabat juga berlumba-lumba memberi makan dan menyediakan buka puasa untuk kaum Muslimin. Bahkan diriwayatkan, setiap Ramadhan, Ibnu Umar selalu berbuka bersama para dhu'afaa, orang-orang yatim dan miskin.

Dari sini dapat ditarik pelajaran, Ramadhan sejatinya disambut kaum Muslimin dengan kesadaran tinggi akan pentingnya ibadah dan keredhaan Allah SWT.

Sumber: Ummi Munaliza

Silaturahim Ramadan di bumi Sudan

Daripada Lisna Yakong di Khartoum, Sudan
SAMBUTAN Ramadan di rantau orang, tentu berbeza dengan suasana di negara sendiri, namun ia tidak menghalang kita melakukan ibadat berkenaan, sesuai dengan keadaan setempat. Begitu juga dengan warga Malaysia yang berada di Khartoum, Sudan yang kebanyakannya ialah kakitangan Petronas yang bertugas sini.

Sebagai isteri kepada kakitangan Petronas, ini kali keempat kami berpuasa di Sudan. Lazimnya, kami bersahur jam 4 pagi dan berbuka jam 7.20 petang. Suhu di Sudan yang kadang-kadang mencecah 50 darjah Celsius tidak menjadi kekangan kami daripada meneruskan ibadat yang menjanjikan banyak pahala ini.

Suasana malam diserikan dengan solat sunat Tarawih disusuli tazkirah. Kami amat berbesar hati kerana rakyat tempatan sudi hadir dan bersolat Tarawih dan Witir bersama-sama kami. Selesai solat, kami disajikan dengan juadah moreh yang disediakan pelajar Malaysia di sini. Sementara, juadah untuk berbuka puasa akan disediakan oleh Petronita Sudan mengikut jumlah derma yang disedekahkan oleh sesetengah individu.
Tadarus al-Quran bagi lelaki diadakan selepas solat Tarawih dan Witir. Manakala, muslimat lebih selesa mengadakan tadarus ini pada waktu pagi antara jam 9 hingga 11 pagi. Kebiasaannya, seorang ustazah diberi mandat membetulkan bacaan kami.

Qiyamullail tetap menjadi amalan pada setiap malam Jumaat. Program ini akan disusuli kuliah Subuh. Pada setiap Khamis bermula 9.30 pagi, Halaqah diadakan khusus untuk muslimat, selain belajar agama dan hal berkaitan wanita Islam. Pada masa inilah juga kami dapat berkumpul dan mengukuhkan lagi silaturahim.

Bagi memenuhi masa kanak-kanak pada Ramadan, program Ramadan And Me (My Ramadan Guide) diadakan. Program dalam bentuk kelas intensif untuk kanak-kanak mengenali dengan lebih mendalam mengenai ibadat puasa. Kanak-kanak didedahkan dengan topik asas berpuasa.
Selain itu, pada setiap hari Sabtu, sepanjang Ramadan, bubur lambuk disediakan. Bubur lambuk ini dihidangkan sebaik saja selesai Tarawih dan witir. Bagi pekerja Petronas yang bekerja di kawasan telaga minyak di pedalaman (selatan Sudan), Petronita Sudan mengambil inisiatif menghantar pelbagai jenis kuih raya kepada mereka.

Ini dibuat atas kerjasama warga Petronita yang turut memberi sumbangan bahan mentah. Dengan ini, mereka yang bertugas di kawasan pedalaman ini dapat merasai suasana hari raya juga. Saya amat bertuah kerana dapat menyumbangkan tenaga dengan membantu menyediakan kuih raya berkenaan.

Setiap kali muncul bulan puasa, bazar Ramadan menjadi aktiviti wajib. Kemeriahan dapat dirasai ketika ini, rakyat Malaysia di sini memang ternanti-nanti bazar Ramadan kerana ketika inilah, kami akan dapat merasa makanan tradisional Malaysia seperti laksam, nasi kerabu, laksa, pelbagai jenis kuih, dan banyak lagi. Dapatlah kami melepaskan rindu.

Penduduk tempatan di sini akan menghabiskan masa di masjid pada 10 malam terakhir. Kita akan dapat melihat mereka seperti berkampung di masjid itu. Mereka makan dan tidur di masjid. Ada yang sanggup mengambil cuti daripada tugasan seharian untuk beribadat pada 10 malam terakhir itu. Mereka menganggap 10 malam terakhir Ramadan waktu yang amat diberkati dan penuh dengan pahala, kemungkinan juga mendapat Lailatul Qadar.
Kita dapat lihat kebanyakan masjid dipenuhi sehingga ke jalan raya. Tetapi itu semua tidak menjadi masalah bagi mereka, apa yang penting ialah mereka melakukan ibadat sebanyak mungkin pada 10 malam terakhir itu. Memang sangat berbeza dengan kita di Malaysia, semakin dekat hari raya, semakin kurang saf di masjid, dan semakin lengang suasana masjid.

Rakyat Malaysia di tempat ini juga akan mengadakan Iftar Perdana. Kebiasaannya, kami akan menjemput kanak-kanak tempatan daripada rumah kebajikan, anak-anak yatim dan anak kurang upaya untuk memeriahkan majlis itu. Sesungguhnya melihat mereka ini, menimbulkan keinsafan dalam diri kami dengan sentiasa memanjatkan syukur kepada Ilahi atas kurniaan-Nya. Kegembiraan yang dialami kanak-kanak ini menimbulkan ketenangan kepada diri kami. Semoga program ini akan sentiasa diadakan.

Sungguhpun melakukan ibadah puasa di tempat sendiri memang lebih menggembirakan berbanding di tempat orang, pengalaman yang diraih sememangnya harus kita hargai kerana ia mengajar kita menjadi lebih dewasa dan lebih matang. Salam Ramadan Al-Mubarak.

Penulis mengikut suami bertugas di Petronas, Khartoum, Sudan.
Sumber: Berita Harian

Puasa & Sains

Posted by ibnuibrahim
http://abuaiman786.blogspot.com

Salam buat semua.
Dengan Nama ALLAH Yang Maha Pemurah Lagi Maha Mengasihani.
Pejam celik hari ini sudah masuk hari ke-3 kita berpuasa. Alhamdulillah Allah SWT masih lagi mengurniakan kita dua nikmat yang besar iaitu nikmat iman dan Islam. Serta masih diberikan kesempatan untuk meneruskan melakukan ibadah puasa di bulan yang penuh dengan keberkatan ini.

Secara fitrahnya manusia memerlukan kepada puasa
“Setiap manusia memerlukan kepada puasa sekalipun dia tidak sakit, kerana toksin-toksin makanan dan ubat berkumpul di dalam tubuh lalu menjadikannya seperti orang yang sakit dan memberatkannya, maka kecergasannya akan berkurang. Apabila seseorang berpuasa, dia akan akan terlepas daripada bebanan toksin-toksin berkenaan dan dia akan merasai kecergasan dan kekuatan yang tidak dialami sebelum itu.” (Dr. Mac Fedan – Ahli Perubatan Antarabangsa)

Daripada kata-kata Dr. Mac Fedan di atas, jelas kepada kita bahawa secara fitrahnya manusia sangat memerlukan suatu jangka masa untuk merehatkan tubuh badan daripada berterusan menerima toksin-toksin makanan dan ubat-ubatan. Ini kerana apabila ubat dan toksin berkumpul di dalam badan manusia akan menyebabkan badan menjadi lemah dan kecergasan seseorang akan berkurang.

Ramadhan yang panas terik
Ramadhan daripada perkataan ‘ramadho’ yang membawa maksud panas yang terik. Di dalam Islam bulan Ramadhan merupakan bulan yang ke-9 di dalam kalendar hijrah. Puasa telah difardhukan kepada seluruh umat Islam semenjak tahun ke-2 hijrah sehingga hari kiamat.
Lazimnya pada bulan ini cuacanya sangat panas. Bersempena dengan nama tersebut, semoga Ramadhan akan membakar dan melebur segala dosa yang telah dilakukan oleh orang yang berpuasa.

Kelebihan bulan Ramadhan:
1. Bulan untuk berpuasa


2. Al-Quran diturunkan
Peristiwa agung ini berlaku pada 17 Ramadhan ketika Nabi Muhamad SAW berusia 40 tahun semasa baginda sedang berkhulwah di Hira’.

3. Bulan kemenangan
Berlakunya kemenangan yang terbesar yang berjaya dicapai oleh umat Islam ialah didalam peperangan Badar al-Kubra. Peristiwa ini berlaku pada 17 Ramadhan, hari Jumaat tahun 2H iaitu tahun pertama disyariatkan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Seperti yang kita sedia maklum Allah SWT telah mengurniakan kemenangan kepada umat Islam walaupun bilangan tentera Islam hanya berjumlah 313 orang berbanding orang kafir seramai 1300 orang.

Satu lagi peristiwa agung berlaku pada bulan Ramadhan ialah berlakunya peristiwa ‘Fathul Makkah’. Ianya berlaku dalam bulan Ramadhan tahun ke 8H.

4. Penuh dengan keberkatan
Bulan Ramadhan merupakan satu bulan yang disebut ‘permulaan adalah rahmat, pertengahannya keampunan dan akhirnya dijauhkan daripada api neraka’.
Dari Abu Hurairah r.a bahawa Rasulallah S.A.W bersabda apabila bulan Ramadhan telah datang maka dibuka lah pintu-pintu syurga ditutuplah pintu-pintu neraka dan diikat lah semua syaitan.

5. Bulan penghapus dosa
Dari Abi Hurairah dari Nabi SAW sabdanya: “Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan beriman dan mengharap keredhaan Allah nescaya akan diampunkan dosa-dosanya pada masa-masa lalu.” (HR Bukhari Muslim)

6. Bulan tarbiyah
Bulan Ramadhan mendidik umat Islam supaya menjadi hamba yang bersabar. Juga mendidik hambaNya kearah melakukan kebaikan serta mendidik hamba menjadi insan yang soleh dengan istiqamah menjaga seluruh anggota daripada melakukan perkara yang tidak disukai oleh Allah SWT.

7. Malam Lailatul qadar
Umat Nabi Muhamad SAW merupakan umat yang sangat istimewa kerana dikurniakan satu malam yang mempunyai pahala melebihi 1000 bulan beribadah.

8. Bulan taqwa
Dengan melakukan amalan yang dianjurkan dilakukan pada bulan puasa secara istiqamah seperti qiamulail, bertadarus al-quran dan solat tarawikh Allah SWT akan mengurniakan taqwa kepada hambaNya.

Kenapa perlu berbuka dengan kurma?

Ketika berbuka puasa Islam menganjurkan umatnya agar berbuka dengan buah tamar dan air. Kurma akan memberikan tenaga dengan cepat kepada badan. Apabila kita menyoroti kisah Maryam ibu Nabi Isa AS, Maryam telah bersandar pada pangkal pokok kurma di saat merasa sakit melahirkan anak. Lalu Allah SWT telah mengutuskan malaikat untuk memberitahu supaya digoncangkan pohon kurma untuk mendapatkan kurma yang masak. Daripada kisah ini dapat kita membuat kesimpulan bahawa kurma boleh membekalkan tenaga kepada Maryam tatkala merasa sakit untuk melahirkan Nabi Isa AS.

Kurma juga bertepatan dengan sunnah Nabi SAW. Kurma merupakan buah yang sangat berkat untuk dimakan. Rasulullah SAW telah mewasiatkan kepada umatnya untuk berbuka dengan kurma pada bulan Ramadhan.

Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud;
“Apabila seseorang dari kalangan kamu berbuka, maka hendaklah dia berbuka dengan tamar. Jika dia tidak ada, maka hendaklah dia berbuka dengan air kerana ia adalah penyuci.”(Diriwayatkan oleh Abu Daud, kitab Puasa, nombor 2355 dan At-Tirmizi, kitab Sedekah, nombor 658)

Dari Anas, sesungguhnya Nabi SAW berbuka puasa dengan beberapa ruthab sebelum solat, kalau tidak ada ruthab, maka dengan beberapa kurma matang, kalau tidak ada, maka dengan meneguk beberapa tegukan air putih. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Kurma makanan kesihatan
Jelas disebalik sunnah Nabi SAW mengandungi manfaat yang banyak untuk kesihatan. Itulah sebabnya Rasulullah SAW memilih kurma berbanding makanan lain untuk berbuka puasa. Ini tidak lain dan tidak bukan ialah kerana kurma mempunyai kandungan yang baik untuk kesihatan.
Jika melihat dari sudut sains pula apabila saat untuk berbuka, organ-organ pencernaan mula aktif dan perlu diberikan sesuatu yang lembut. Ini akan menyebabkan organ-organ pencernaan memulakan kerjanya dengan perlahan-perlahan untuk terus mencernakan makanan yang lebih berat. Sebagai contoh di dalam kehidupan seharian, untuk melicinkan pergerakan sesebuah kenderaan ianya perlu dipanaskan terlebih dahulu sebelum bergerak. Ianya juga bertujuan untuk memastikan hayat kenderaan lebih lama.

Begitu juga dengan tubuh badan kita. Kesihatan sangat diperlukan untuk memudahkan melakukan ibadah bukan sahaja di bulan Ramadhan. Seperti kata pepatah arab berbunyi “al-aqlus salim fil jismi ssalim” yang bermaksud: ‘aqal yang sihat lahirnya daripada badan yang sihat’.

Kurma menghilangkan lapar dan dahaga
Keadaan orang yang sedang berpuasa sangat memerlukan makanan yang mempunyai gula yang mudah dicerna dan yang boleh menghilangkan rasa lapar. Nutrisi makanan yang paling cepat dicerna dan sampai ke darah adalah gula khususnya makanan yang mengandungi satu atau dua zat gula (glukosa atau sukrosa). Ini kerana tubuh mampu menyerap dengan mudah dan cepat zat gula hanya dalam beberapa minit. Apatah lagi jika perut sedang kosong, seperti orang yang berpuasa ini.

Jika kita mencari makanan yang boleh menyamai dua kandungan sekaligus (menghilangkan lapar dan dahaga), maka kita tidak akan menjumpai makanan yang lebih baik daripada apa yang disarankan oleh Nabi SAW. Iaitu kurma.

Kandungan gula dalam kurma
Berdasarkan kajian yang dibuat, menyatakan bahawa satu bahagian kurma yang dimakan menyamai 86-87% beratnya mengandungi 20-24% air, 70-75% gula, 2-3% protein. Manakala mengandungi hanya 8.5% serat. Berdasarkan penelitian, juga ditemui bahawa ruthab (kurma segar) mengandungi 65-70% air berdasarkan berat bersihnya, 24-58% zat gula, 1.2-2% protein dan 2.5% serat.

Sumber:Islam Agamaku

LELAKI


Jangankan lelaki biasa
nabi pun terasa sunyi tanpa wanita,
Tanpa mereka, fikiran dan perasaan lelaki akan resah
Masih mencari walau ada segalanya,
Apa yang tiada dalam syurga Namun Adam rindukan Hawa
Dijadikan wanita daripada tulang rusuk yang bengkok
Untuk diluruskan oleh lelaki
Tetapi seandainya lelaki itu sendiri tidak lurus
Manakan mungkin kayu yang bengkok menjadi batang yang lurus
Luruskan wanita dengan jalan yang ditunjukkan oleh Allah
S. W. T.
Didiklah mereka dengan panduan dariNya
Jangan cuba jinakkan mereka dengan harta
Kerana hati mereka kan liar
Jangan hiburkan mereka dengan kecantikan
Kerana nanti mereka akan derita
Kenalkan mereka dengan Allah S.W.T yang kekal
Akalnya senipis rambutnya
Tebalkan ia dengan ilmu
Hati serapuh kaca
Kuatkan ia dengan iman
Perasaan selembut sutera
Hiasilah dengan akhlak
Suburkanlah ia kerana di situlah nantinya
Mereka akan melihat nilaian dan keadilan tuhan
Bisikkanlah ke telinga mereka bahawa kelembutan bukan kelemahan
Ia bukanlah diskriminasi tuhan
Sebaliknya disitulah kasih sayang tuhan
Wanita yang lupa hakikat kejadiannya
Pasti tidak akan terhibur dan menghiburkan
Tanpa iman,ilmu dan akhlak
Mereka tidak akan lurus
Bahkan akan terus membengkok
Pasti dunia lelaki akan menjadi huru-hara
Lelaki pula janganlah mengharapkan ketaatan semata-mata
Tetapi binalah kepimpinan
Pastikan sebelum memimpin wanita menuju Ilahi
Pimpinlah dirimu kepadaNya
Jinakkanlah segalanya di bawah pimpinanmu
Janganlah mengharapkan isteri semulia Fatimah Az-Zahrah
Jika dirimu tidak sehebat Saidina Ali Karamullahhuwajhah

SUMBER: MURNI_

Profesor AS Akui Solat Berjemaah Tersirat Aspek Sains Fizik

Oleh Wan Marzuki Wan Ramli

SEORANG profesor fizik di Amerika Syarikat (AS) membuat satu kajian kelebihan solat berjemaah yang disyariatkan dalam Islam. BErdasarkan kajiannya, tubuh badan kita mengandungi dua cas elektrik, iaitu cas positif dan cas negatif. Dalam aktiviti harian kita, sama ada bekerja, beriadah atau berehat, sudah tentu banyak tenaga digunakan.
Dalam proses pembakaran tenaga, banyak berlaku pertukaran cas positif dan cas negatif, yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam tubuh kita. Ketidakseimbangan cas dalam badan, menyebabkan kita berasa letih dan lesu selepas melakukan kegiatan seharian.
Oleh itu, cas ini perlu diseimbangkan semula untuk mengembalikan kesegaran tubuh ke tahap normal. Berkaitan dengan solat berjemaah, timbul persoalan dalam minda beliau, mengapa Islam mensyariatkan solat berjemaah dan mengapa solat lima waktu yang didirikan orang Islam mempunyai bilangan rakaat yang tidak sama.
Hasil kajiannya mendapati, bilangan rakaat berbeza dalam solat bertindak menyeimbangkan cas dalam badan kita.
Ketika solat berjemaah, kita disuruh meluruskan saf, bahu bertemu bahu dan bersentuhan tapak kaki. Tindakan yang dianjurkan ketika solat berjemaah itu mempunyai pelbagai kelebihan.
Kajian sains mendapati sentuhan yang berlaku antara tubuh kita dengan tubuh ahli jemaah lain yang berada di kiri dan di kanan kita, akan menstabilkan kembali cas yang diperlukan oleh tubuh.
Ia berlaku apabila cas yang berlebihan – sama ada negatif atau positif akan dikeluarkan, manakala yang berkurangan akan ditarik ke dalam tubuh kita. Semakin lama pergeseran ini berlaku, semakin seimbang cas dalam tubuh kita.
Beliau berkata, setiap kali kita bangun dari tidur, badan kita akan berasa segar dan sihat selepas berehat beberapa jam.
Ketika ini tubuh kita mengandungi cas positif dan negatif yang hampir seimbang. Oleh itu, kita hanya memerlukan sedikit lagi proses pertukaran cas supaya keseimbangan tubuh badan yang penuh dapat dicapai. Sebab itu, solat Subuh didirikan dua rakaat.
Seterusnya, selepas sehari kita bekerja kuat dan memerah otak, semua cas ini kembali tidak stabil akibat kehilangan cas lebih banyak daripada tubuh badan yang sudah digunakan.
Oleh itu, kita memerlukan lebih banyak pertukaran cas. Solat jemaah yang disyariatkan Islam berperanan memulihkan keseimbangan cas berkenaan. Sebab itu, solat Zuhur didirikan empat rakaat untuk memberi ruang lebih kepada proses pertukaran cas di dalam tubuh.
Keadaan sama turut berlaku pada sebelah petang. Banyak tenaga dikeluarkan ketika menyambung kembali tugas. Ia menyebabkan sekali lagi kita kehilangan cas yang banyak.
Seperti solat Zuhur, empat rakaat solat Asar yang dikerjakan akan memberikan ruang kepada proses pertukaran cas dengan lebih lama.
Lazimnya, selepas waktu Asar, kita tidak lagi melakukan aktiviti yang banyak menggunakan tenaga. Masa yang diperuntukkan pula tidak begitu lama.
Maka, solat Maghrib hanya dikerjakan sebanyak tiga rakaat adalah lebih sesuai dengan penggunaan tenaga yang kurang berbanding dua waktu sebelumnya.
Timbul persoalan dalam fikiran profesor itu mengenai solat Isyak yang dikerjakan sebanyak empat rakaat.
Secara logiknya, pada waktu malam kita tidak banyak melakukan kegiatan dan sudah tentu tidak memerlukan proses pertukaran cas yang banyak.
Selepas kajian lanjut dilakukan , didapati ada keistimewaan mengapa Allah mensyariatkan empat rakaat di dalam solat Isyak.
Kita sedia maklum, umat Islam digalakkan tidur awal supaya mampu bangun untuk menunaikan tahajud (sembahyang malam) pada sepertiga malam.
Ringkasnya, solat Isyak sebanyak empat rakaat itu akan menstabilkan cas dalam badan serta memberikan tenaga untuk kita bangun pada waktu malam untuk beribadat (qiamullail).
Dalam kajiannya, beliau mendapati bahawa Islam adalah agama yang lengkap dan istimewa. Segala amalan dan suruhan Allah itu mempunyai hikmah yang tersirat untuk kebaikan umat Islam itu sendiri.
Beliau berasakan betapa kerdilnya diri dan betapa hebatnya Pencipta alam semesta ini. Akhirnya, dengan hidayah Allah beliau memeluk agama Islam

Sumber: Berita Harian 13 Jan 2007

Pemimpin unggul wajar miliki kuasa, ilmu majukan negara

Oleh Hasliza Hassan
hasliza@bharian.com.my

PEMIMPIN unggul memiliki kuasa dan berilmu serta bersedia menjalinkan hubungan baik dengan ulama atau ilmuwan bagi memastikan pemerintahan berkesan untuk membawa negara mencapai kecemerlangan.

Pandangan itu dikongsi ahli panel Wacana Ilmu Berita Harian iaitu bekas Mufti Wilayah Persekutuan, Prof Datuk Dr Mohammed Yusoff Hussain dan Penyandang Kursi Tun Ghafar Baba Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI), Datuk Dr Zainal Kling.

Mohammed Yusoff berkata, pemimpin dan ulama seperti kaki kiri dan kaki kanan yang tahu bila hendak melangkah supaya jalannya nanti sempurna kerana jika kedua-duanya melangkah pada masa sama, akibatnya jatuhlah seluruh badan.
Beliau berkata, walaupun begitu ada masanya pemimpin perlu bertindak memimpin bagi memastikan kaki dapat dijalankan dan ada ketikanya pula ulama perlu ke depan, barulah jalan yang diatur menjadi rancak.

“Jadi bagaimana langkah kita dalam dunia sekarang. Adakah kita berjalan seiring atau kedua-dua hendak berjalan serentak. Begitu juga hubungan ulama dan umara, jika tidak ada hubungan yang betul, masyarakat akan hancur,” katanya.

Wacana Ilmu kali kedua anjuran Berita Harian Sdn Bhd dengan kerjasama Yayasan Dakwah Islamiah Malaysia (Yadim) dan Scomi Sdn Bhd (Scomi) diadakan di Balai Berita, Bangsar, kelmarin.
Ahli panel yang membincangkan tajuk Hubungan Ulama dan Umara: Adab dengan Pemimpin, bersetuju bukan mudah untuk melahirkan pemimpin alim (berilmu) dan ulama boleh memimpin terutama dalam perkembangan semasa kini.

Mohammed Yusoff berkata, aspek kepemimpinan sudah menjadi pertikaian bermula apabila Allah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi ini dan perkara itu dijelaskan dalam ayat 30, surah al-Baqarah.

Katanya, malaikat tidak bersetuju apabila Allah ingin menjadikan manusia sebagai khalifah di dunia kerana manusia hanya akan melakukan kerosakan disebabkan sifat mereka suka berbunuhan tetapi Allah berfirman sesungguhnya Dia lebih mengetahui.

Beliau berkata, ayat selepas itu perlu difahami kerana ia menjelaskan hakikat kepemimpinan yang sebenar iaitu pemimpin perlu berilmu dan caranya jelas iaitu melalui pembacaan yang akan menjurus kepada pemikiran merancang masa dengan negara serta ummah.
“Sebab itu dalam ayat dijelaskan Adam diajar nama-nama atau ilmu dan apabila Nabi Muhammad menjadi rasul, Allah menyuruh Baginda membaca. Merancang masa depan negara juga membaca, jadi pemimpin yang hendak majukan negara perlu membaca atau ada ilmu,” katanya.

Sementara itu, Zainal berkata, kerja memerintah amat rumit dan satu tanggungjawab berat, maka Tuhan menjadikan pemerintah di kalangan nabi pada awalnya kerana nabi diutuskan serta diajarkan ilmu.

Beliau yang memetik kitab Tajus Salatin atau Mahkota Segala Raja yang mengupas kepemimpinan dan pemerintahan Melayu berkata, hanya nabi sanggup memikul tanggungjawab sebagai pemimpin kerana kenabian serta ilmu mereka.

“Ulama Melayu yang awal juga menganggap kerja pemerintahan bukan tugas senang jadi Allah utuskan nabi dengan sifat nubuwah memerintah negara. Dalam keadaan sekarang, kita ada nilai dalam ilmu pemerintahan iaitu nilai adil oleh orang yang memegang kuasa,” katanya.

Bagaimanapun katanya, kuasa boleh menggoda dan menguasai diri menyebabkan pemimpin menyalahgunakannya demi kepentingan diri untuk mendapat apa yang dikehendaki.

Justeru katanya, negara Iran wajar menjadi contoh kerana imam di sana mesti memiliki ilmu dan sifat ulama untuk mencapai gabungan apa yang dinamakan dalam bahasa Plato sebagai The Philosopher Kings.

“Bagi yang tidak mencapai keadaan itu, hubungan antara ulama dan umara mesti erat dan di Malaysia ia dilakukan secara formal. Contohnya, di belakang raja ada mufti sebagai penasihat paling erat kepada pemimpin,” katanya.

Zainal berkata, di negara ini sudah ada usaha menjadikan ulama sebagai pemimpin tetapi malangnya mereka digoda oleh kuasa politik hingga terlupa peranan untuk membimbing ke arah kesejahteraan.

Sebab itu katanya, hingga kini negara tidak dapat melahirkan ulama yang boleh menjadi pemimpin dan pemimpin yang mempunyai ciri ulama dalam diri mereka menyebabkan negara berdepan cabaran hebat.

“Oleh itu, hubungan antara ulama dan pemimpin memang penting bagi melengkapkan antara satu sama lain iaitu ulama nak buat sesuatu tanya pemimpin dan pemimpin nak buat sesuatu minta pendapat ulama. Jika pemerintah dan ulama masih tidak sedar lagi, negara akan runtuh,” katanya.

Sumber:Berita Harian

Sebaik-baik orang berdosa ialah ia bertaubat....


Kita, samada seorang ulama mahupun ustaz atau sesiapa sahaja seharusnya mengakui bahawa sebagai manusia kita pastinya memiliki sifat-sifat kelemahan. Manusia yang tidak mengakui kelemahan diri dan sering berprasangka buruk kepada orang lain hanya akan menyuburkan sifat sombong dalam dirinya. Orang yang sombong selalunya sukar menerima teguran, susah untuk belajar dan selalu melenting apabila ada yang lebih baik darinya. Justeru sewajarnya kita sebagai seorang yang berpengetahuan mengambil resam padi semakin berisi semakin tunduk. Islam telah mengajar kepada kita jika tersalah melakukan dosa samada bersifat kejiwaan seperti riak, hasad dengki, sombong dan takabbur atau bersifat fizikal seperti mengumpat, mencuri, menghina orang lain dan sebagainya jalan terbaik ialah dengan 1bertaubat. Taubat boleh dilakukan dengan menyesal, meninggalkan kajahtan dan berazam untuk tidak mengulanginya atau dengan cara solat taubat. Rasulullah s.a.w telah mengajar kita bagaimanakah caranya apabila kita melakukan dosa melalui sabdanya:

[مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا ثُمَّ يَقُومُ فَيَتَطَهَّرُ ثُمَّ يُصَلِّي ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلَّا غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ { وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ } إِلَى آخِرِ الْآيَةِ] رواه الترمذي حديث حسن.
Maksudnya: Tidaklah seseorang itu apabila dia melakukan dosa kemudian dia bangkit berwudhuk kemudian ia solat lalu memohon ampun melainkan ia akan diampun oleh Allah. Kemudian baginda membacakan ayat ini: “Dan mereka yang apabila melakukan kesalahan atau menzalimi diri mereka terus mereka kembali mengingati Allah maka mohon keampunanlah untuk mereka”.

Sumber: Zuridan Mohd Daud

Iktibar dari Selsema Babi


Wabak Selsema Babi nampaknya masih belum reda meskipun pelbagai usaha dilakukan oleh pelbagai institusi kesihatan termasuk Pertubuhan Kesihatan Sedunia WHO.
Menurut sejarah pada tahun 1918 virus Influenza telah membunuh lebih daripada 20 juta manusia di seluruh dunia. Dan ada juga yang menganggarkan lebih 40 juta yang menjadi mangsa. Antara sebabnya apabila dibuat kajian ialah kuman-kuman ini sebenarnya datang dari babi-babi di Amerika, yang menjangkiti tentera-tentera Amerika pada Perang Dunia pertama. Dan tentera-tentera ini seterusnya membawa wabak ini ke merata tempat di pelbagai negara di seluruh dunia. Dikatakan jumlah kematian berlaku dalam tempoh yang singkat dan wabak ini pada ketika itu adalah antara wabak yang membawa kematian yang cukup besar jika dibandingkan dengan lain-lain wabak penyakit moden pada masa itu. Dan setelah dibuat kajian terperinci, ternyata punca wabak ini adalah daripada kuman virus yang datangnya daripada babi. (Sumber: The Civil Aboliotionist, New Pig Virus Capable of Infecting Human, New York, 1998 )

Menurut kenyataan daripada Kementerian Kesihatan Malaysia wabak selsema babi adalah penyakit respiratori akut yang berjangkit daripada babi dan disebabkan oleh virus influenza A. Di kalangan babi, virus ini tersebar melalui titisan air dan hubungan secara langsung atau tidak langsung. Ia juga boleh tersebar melalui babi yang asimptomatik (tidak mempunyai sebarang gejala penyakit tetapi membawa virus Selesema Babi). Tanda dan gejala Selesema Babi pada manusia adalah serupa dengan gejala selesema manusia termasuk demam, batuk, sakit tekak, sakit-sakit badan, sakit kepala serta badan berasa sejuk dan lesu. Terdapat juga sesetengah kes yang mengalami cirit birit dan muntah. (Sumber: Kementerian Kesihatan Malaysia)

Penyakit Selsema Babi ini mula menjadi kebimbangan dunia dan menimbulkan kegawatan apabila ia meragut nyawa manusia dan menular begitu pantas. Meskipun negara-negara Islam masih belum diserang oleh wabak berkenaan namun Malaysia telah dikejutkan dengan kes pertama apabila seorang pelajar berumur 21 tahun yang baru pulang dari Amerika Syarikat disahkan pembawa wabak berkenaan. Kes ini sedikit sebanyak telah menggusarkan hati kita dan jika berkesempatan pergi ke KLIA dan Lapangan Terbang negeri-negeri yang bertaraf antarabangsa maka kita akan bertambah risau dengan ramainya kakitangan hospital dan kesihatan yang bertopeng bersedia menunggu mereka yang datang atau pulang dari negara luar yang menimbulkan suasanan cemas.
Manusia secara tabiinya apabila berdepan dengan musibah akan menjadi gawat dan cemas seperti dinyatakan oleh Allah Taala di dalam Surah Al-Ma ‘arij ayat 19-21 yang bermaksud:(( Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir )).

Sebagai seorang muslim pastinya setiap apa yang menimpa samada dalam bentuk nikmat mahupun musibah ditangani dengan penuh rasa kehambaan kepada Allah Taala. Jika nikmat datang ia bersyukur dan jika musibah menimpa ia akan sabar sepenuhnya serta sentiasa mengakui ada hikmah di sebalik kejadian tersebut. Selsema Babi adalah musibah yang menimpa di era abad ke 21 yang penuh dengan kemajuan dunia. Manusia yang kosong jiwanya dari iman mendabik dada dengan pencapaian sains dan teknologi yang didokongi oleh saintis-saintis dunia yang hebat. Rasa kehebatan kepada diri sendiri inilah yang telah mencetuskan ideologi sekular yang mengajar manusia tentang keunggulan akalnya dan menafikan kerasionalan agama serta menolak peranan agama dalam kehidupan manusia. Agama pada sisi sekular hanya layak berada di rumah ibadat dan dalam upacara kematian sahaja. Urusan sains dan teknologi serta urusan pentadbiran negara perlu diserahkan kepada golongan profesional yang bijak pandai.

Alllah Taala Yang Maha Bijaksana menakdirkan bencana wabak Selsema Babi berlaku diabad ini bukanlah mahu menghukum manusia kerana Ia Maha Adil. Sebaliknya Ia dengan sifat Kasih SayangNya mahu mengingatkan manusia agar kembali merenung hakikat kehambaan mereka dan hakikat kebesaran Tuhan. Manusia, sehebat mana sekalipun tidak akan mampu menandingi kuasa Yang Maha Pencipta dan manusia, sebijak mana sekalipun tidak mampu menyaingi ilmu Tuhan Yang Maha Bijaksana. Justeru di dalam berdepan dengan penularan wabak Selsema Babi adalah wajar dijadikan saat untuk berhenti sebentar bagi merenung hakikat kehidupan ini. Ya! Terdapat pelbagai iktibar di sebalik peristiwa ini yang berlaku ini dan ia hanya dapat diambil pengjaran oleh mereka yang berakal. Antaranya ialah:

1) Bagi memberi amaran kepada mereka yang celupar menghina Nabi Muhammad s.a.w dengan melukis seekor babi dan ditulis nama Muhammad padanya dengan tujuan menggambarkan Nabi Muhammad s.a.w adalah manusia jijik seperti babi. Juga memberika amaran kepada usaha jahat golongan bukan Islam yang memasukkan sumber babi di dalam makanan umat Islam dan menyembunyikannya dengan label halal palsu bertujuan menghina dan menginaya umat Islam. Mungkin menjadi satu budaya bagi musuh Islam menjadikan objek babi sebagai satu cara memerangi Islam kerana mereka tahu babi diharamkan oleh Allah Taala kepada umat Islam. Malah dalam sejarah kejatuhan Islam di Andalusia, golongan Salibiah menggunakan babi yakni dengan membiakkannya secara berleluasa bagi menghalau saki baki umat Islam yang masih tinggal di sana.

2) Bagi memberi penegasan bahawa larangan memakan babi di dalam Al-Quran bukanlah omongan kosong tetapi ada hikmah yang antara lain ialah bagi menghindari manusia dari virus pembunuh seperti Selsema Babi seperti yang berlaku hari ini dan juga wabak Japanese Encephalitis (JE) di Bukit Pelanduk pada tahun 1999.
Malah di sekitar tahun 50an, dunia dikejutkan dengan cacing trichina daripada babi yang menjadi penyebab kepada penyakit trichinusis. Tidak ada ubat yang boleh mennyembuhkannya pada ketika itu. Dan oleh kerana itu, satu amaran telah dikeluarkan di Amerika tentang bahaya memakan daging babi. Amaran tersebut telah dikeluarkan di Washington Post bertarikh 31 Mei 1952 dan dikeluarkan oleh Dr. Glen Shepard.
Meskipun golongan yang berniaga babi cuba menjelaskan bahawa wabak Selsema Babi bukan berpunca dari memakannya, namun perlu diingat bahawa akibat dari tabiat suka makan babilah menyebabkan wujudnya ladang-ladang ternak babi secara meluas yang menjadi punca penularan wabak berkenaan. Seharusnya negara-negara Islam seperti Malaysia bertegas melarang penternakan babi-babi ini kerana ia bukan sahaja mengancam alam sekitar malah mengancam nyawa manusia.


3) Bagi menyokong kebenaran ajaran Islam berkaitan dengan amalan taharah yakni bersuci seperti membasuh tangan dan menutup mulut ketika bersin. Menurut pakar perubatan, wabak Selsema Babi ini dapat dihindari melalui amalan membasuh tangan dan menutup mulut ketika bersin. Kedua-dua amalan ini pada hakikat bukanlah menjadi kesusahan kepada kita kerana Islam telah lama mengajar umatnya menjaga kebersihan dengan dikhususkan satu bab di dalam Fekah Islam yang dinamakan Bab Taharah atau bersuci yang membicarakan soal jenis-jenis najis termasuk babi dan soal berkaitan dengan cara bersuci secara jelas. Berkenaan dengan membasuh tangan, adalah menjadi satu amalan sunnah apabila bangun sahaja dari tidur dibasuh tangan sebelum memulakan wudhuk. Manakala ketika bersin, juga menjadi amalan sunnah Nabi s.a.w ditutup mulut agar tidak terpercik dan terbau oleh oleh orang lain dan diikuti dengan ucapan ‘Alhamdulillah’ kemudian dijawab oleh si bersin dengan ‘Yarhamukallah’ ertinya ‘Allah merahmati kamu!’.

Sumber: Zuridan Mohd Daud

Iktibar buat diri yang Alpa


Menjadi satu kelaziman apabila seseorang itu mempunyai kelebihan dari segi ilmu dan kedudukan ilmiahnya akan merasa tercabar bila disanggah pendapatnya atau apabila ada yang cuba memberikan pendapat yang berbeza lebih baik. Ilmu sebenarnya tidaklah dapat memastikan seseorang itu terus boleh menjadi seperti padi, "semakin berisi semakin tunduk". Ilmu juga tidak boleh menjamin suburnya nilai murni pada diri seseorang. Justeru Nabi Musa a.s telah diperintah oleh Allah Taala bertemu Nabi Khidir apabila Nabi Musa merasakan dirinya yang terbaik dan paling berilmu ketika itu. Setelah berada bersama-sama Nabi Khidir barulah Nabi Musa kenal diri sendiri bahawa ilmunya amat cetek jika dibandingkan dengan ilmu Allah yang luas umpama air laut. Allah Taala secara tidak lansung mahu mendidik utusannya agar menjauhi sifat sombong dan ujub.
Ilmu selalu menjadikan seseorang bersifat ujub(ego), sombong dan angkuh. Orang berilmu apabila berbicara sering terdedah dengan rasa 'aku hebat'! Orang berilmu juga apabila ada yang lain memberikan pendapat akan berbisik di dalam hati 'lemahnya dia'. Ilmu juga boleh menjadikan seseorang bertindak di luar batasan akhlak islami. Cakapnya, muamalahnya, hatinya penuh dengan kekotoran mazmumah yang hanya menjadikannya tidak tinggi sepertimana yang sepatutnya ada pada orang berilmu. Sedangkan di dalam Al-Quran Allah Taala berfimran:((Allah mengangkat kedudukan orang yang berilmu dan orang yang beriman beberapa darjat kedudukan )).
Inilah akibatnya apabila orang berilmu meminggirkan aspek pembersihan hati atau tazkiyyatun nafsi. Al-Imam Al-Ghazali mengarang kitab 'Ihya ulumiddin' yang bermaksud 'Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama' bukan sekadar bermaksud mahu menghidupkan ilmu, tetapi beliau mahu mengfungsikan ilmu sebagai satu cara menghidupkan hati-hati ilmuan yang keras. Ilmuan yang cenderung mengkaji, menulis karya, bersyarah dan berdebat akan mengeraskan hatinya jika tidak diiringi amalan 'tazkiyyatun nasfi'. Sejarah telah membuktikan di mana ada golongan ilmuan yang akhirnya menjadi penentang agama kerana terlalu mengagungkan kebolehan dirinya lantas melahirkan ideologi 'Ilmaniyyah' (sekularisme).

Bagi memaknakan firman Allah Taala((Sesungguhnya orang yang takutkan Allah di kalangan hambanya ialah Ulama)),maka ilmuan semestinya tidak boleh meminggirkan aspek pembangunan jiwa. Ia boleh dilakukan melalui solat malam, zikrullah, membaca al-Quran, solat berjamaah di Masjid, bergaul dengan masyarakt awan dan berdampingan dengan orang-orang yang soleh. Semua amalan ini akan mencernakan dalam diri sifat-sifat mulia seperti tawadhuk, baik sangka, hormat menghormati dan saling berkasih sayang. Kecenderungan menjauhi orang soleh dan alim serta tidak bergaul dengan masyarakat awam akan menjadikan ilmuan terus angkuh dan tenggelam dalam ilusi ilmunya yang tidak berpijak di bumi nyata. Benarlah seperti mana sabda Nabi s.a.w:
((Sesiapa yang merendah diri akan diangkat kedudukanya oleh Allah dan sesiapa yang besar diri akan dihinakan olehNya)).
Semoga ilmuan hari ini kembali merenung diri dan bertanya dari manakah datang kebolehan ilmu yang dimiliki. Apakah sememangnya ia milik kita atau pinjaman dari Allah Taala? Cuba bayangkan, tiba-tiba nikmat akal ini dicabut olehNya...apakah yang akan berlaku?

Sumber:Zuridan Mohd Daud

Dakwah Sami Yusuf

Oleh Nurulhisham Abdul Latif
nurul@bharian.com.my

Sami Yusuf
Penyanyi Britain lancar single terbaru, You Came To Me, sempena Ramadan

SEANDAINYA di negara ini, nama Rabbani, Raihan, Hijjaz dan Nazrey Johani (sekadar menyebut beberapa nama) dilihat antara aktivis nasyid yang terus memperjuangkan irama dengan mesej keagamaan, kemanusiaan dan masyarakat sejagat, pada peringkat antarabangsa pula, Sami Yusuf mungkin artis Islam paling dikenali peminat selain Yusuf Islam (Cat Stevens).

Dilabel sebagai Bintang Rock Islam Terbesar oleh majalah Time pada 2006, penyanyi kelahiran Tehran, Iran, ini menyinari dunia muzik dengan karya ciptaannya sendiri yang bertunjangkan lirik ketuhanan serta kehidupan sebagai seorang Muslim dalam dunia hari ini.

Dibesarkan di Barat London sejak usianya tiga tahun, lelaki berusia 29 tahun ini meminati muzik sejak kecil. Apabila meningkat remaja, dia menunjukkan kecenderungan untuk menjadikan muzik sebagai karier, lalu mendaftarkan diri di Royal Academy of Music di London.

Begitupun, pemuda yang boleh memainkan alat muzik seperti piano, biola dan genderang ini tidak melupakan akar umbi budaya serta agamanya. Justeru, dia lebih selesa menggabungkan kedua-dua elemen Barat dan Timur untuk menghasilkan muzik yang diterima ramai.

Baru-baru ini, sempena kedatangan Ramadan, penyanyi ini melancarkan single terbarunya di seluruh dunia berjudul You Came To Me, menerusi laman sesawang rasmi bagi memperingati bulan penuh keberkatan berkenaan.
Muat turun secara percuma kini boleh dilakukan peminat penyanyi British berkenaan di laman webnya sepanjang bulan puasa.

"Ketika saya mula-mula mencipta dan menulis lirik dulu, pasaran untuk muzik seperti ini bagai tidak ada langsung. Sewaktu duduk di piano atau memegang biola, saya tidak pernah memikirkan sama ada tindakan saya untuk mencipta muzik yang tidak dibuat orang lain, satu genre yang tidak wujud, ke pasaran yang tidak pernah membeli sebarang album pop pun sebelum ini, sebagai usaha yang berani ataupun bodoh.

"Begitupun, semua itu sesuatu yang cukup benar bagi saya, ia satu usaha yang jujur dan datang dari hati," kata penyanyi ini ketika berucap di Roehampton University di South-West London, Julai lalu, sewaktu dianugerahkan ijazah kedoktoran oleh universiti berkenaan, atas sumbangannya dalam dunia muzik.

Lirik tulisan Sami bercerita mengenai cintanya terhadap Islam serta ajarannya yang bertolak ansur, dengan matlamat mempromosikan gambaran sebenar tanpa prejudis terhadap agama terbabit ke seluruh dunia.
Pada ketika lagunya mengetengahkan nilai tradisi yang baik seperti ketaatan kepada ibu bapa serta menyayangi mereka yang sudah berusia, video Sami pula dibuat dalam bentuk yang moden, licik serta bersifat kosmopolitan. Ia dirakam di London, Istanbul, Delhi dan Kaherah.

Keupayaannya menyanyi dalam pelbagai bahasa seperti Inggeris, Parsi, Turki, Arab, Bosnia dan Urdu, membolehkan muzik dan mesej yang cuba disalurkan menerusinya sampai kepada generasi Islam lebih muda, serta mereka yang memperjuangkan keamanan sejagat.

Berdasarkan kejayaannya sehingga kini, muzik Sami benar-benar memikat jutaan peminatnya. Sejak 2003, dua album pertama Sami, masing-masing berjudul Al-Mu’allim (2003) dan My Ummah (2005) sudah dijual melebihi 5 juta unit di seluruh dunia dan album ketiganya yang turut memuatkan lagu You Came To Me, kini hampir siap sepenuhnya.

Baru-baru ini, penyanyi ini berdepan kontroversi membabitkan kontrak bersama syarikat rakaman Awakening Records. Dia sepatutnya menghasilkan lima album bersama syarikat terbabit. Bagaimanapun, akibat pertelagahan kontrak, album ketiganya lewat dipasarkan. Hanya pada Januari tahun ini, album Without You muncul di pasaran.

Namun, Sami mendakwa album itu diterbitkan tanpa persetujuan dan pengetahuannya. Dia juga mendakwa album terbabit tidak menepati piawaian yang sering dihasilkannya sebelum ini, lalu mengajak peminat memboikot album berkenaan.

Sami turut mengadakan persembahan di serata dunia termasuk sebuah konsert di Istanbul, yang dibanjiri kira-kira 250,000 peminat.

Sami benar-benar berharap peminatnya akan terhibur dengan lagu terbarunya itu yang dianggap begitu dekat dengan dirinya, serta mempunyai mesej yang amat relevan dengan bulan puasa.

"Saya mencipta irama dan lirik lagu ini pada awal pagi 23 November tahun lalu, ketika saya dibuai pelbagai perasaan termasuk kehilangan, dikhianati, terluka dan kecewa. Pada ketika itulah saya berasakan betapa diri ini sebenarnya begitu dirahmati kerana saya dilahirkan sebagai hamba-Nya Yang Satu. Ketika itulah juga saya nampak sebuah perjalanan menuju kepada-Nya jelas terbentang di hadapan," kata Sami sebagaimana dipetik di laman web rasminya.

Peminat dan pengikut setia penyanyi ini boleh memuat turun single terbaru You Came To Me secara eksklusif dari laman sesawang www.samiyusufofficial.com sepanjang Ramadan. Trek berkenaan diterbitkan dalam empat versi iaitu Inggeris (versi utama), Inggeris-Arab, Inggeris-Parsi dan Inggeris-Turki.

Syuhada' Ramadan di bumi Palestin


Pagi itu agak kelam, embun pagi berkaca memenuhi penghuni hijauan bumi suci itu. Debu-debu denai ke rumah Allah itu pasti tidak lekang dari zikrullah, melekat pada jubah dan baju calon-calon yang dipilih Allah. Pintu Masjid pada pagi yang istimewa itu dilintasi oleh seorang-demi seorang hamba Allah yang ingin bertemu tuhannya. Yang pasti pagi itu lain dari pagi-pagi yang lain. Jemaah yang hadir di pagi hening itu juga pasti yang terbaik dikalangan yang terbaik, dipilih yang maha Esa untuk diperlihatkan satu ujian. Sebahagian dari mereka pula adalah golongan terpilih dari yang terpilih, kerana mereka bertemu Allah dan Allah memilih untuk bertemu dengan mereka.

Pagi itu, haruman kasturi syurga memenuhi segenap ruangan masjid dengan mengalirnya darah syuhada’. Pintu langit terbuka luas menyambut nyawa-nyawa suci itu untuk bertemu Rabb. Alangkah manis bertemu ilahi dalam keadaan diri sujud dan melaksanakan arahanNya. Namun, hakikatnya lebih menyayatkan, umat Islam dipagi itu dan hampir selamanya masih lena, dan masih belum dikejutkan dari tidur mereka walaupun subuh itu telah berlalu 15 tahun lepas.


Perisitwa in berlaku di bumi suci para anbiya’, Palestin. Di pagi fajar 15 Ramadan itu, 60 orang telah syahid dan hampir 300 orang tercedera angkara kerja Yahudi laknatullah. Masjid yang dimaksudkan ialah Masjid Ibrahimi yang merupakan tempat dimana Nabi Ibrahim disemadikan. Ia terletak di Bandar Hebron atau nama sebelumnya Khalil, nama bersempena gelaran Nabi Ibrahim yang membawa maksud teman setia.

Masjid Ibrahimi sering menjadi tumpuan dan kunjungan umat Islam yang berkunjung ke Palestin. Namun pada masa yang sama ia juga penting pada orang Yahudi yang mempercayai bahawa ianya adalah juga tapak makam Siti Sarah, Siti Hajar, Nabi Ya’kub dan juga Nabi Ismail sehingga mereka menggelarkannya ‘Machpelah Cave’.

Sejarah Ringkas

Penempatan disekitar Masjid tersebut bebas didiami kaum Yahudi sepanjang pemerintahan Islam. Tetapi, peristiwa penawanan Masjidil Aqsa oleh penduduk Yahudi dan Inggeris pada tahun 1929 telah menyebabkan berlaku pertempuran diantara pengganas Yahudi yang datang dari Eropah dan penduduk Arab di kawasan itu yang akhirnya menyebabkan Yahudi telah dihalau keluar dan tidak dibenarkan tinggal dikawasan itu.

Pada 1967, kesan kekalahan pihak Arab dalam perang 6 hari, tempat itu didatangi semula Yahudi dan di kepalai oleh Rabai Moshe Levinger. Setelah mendapat perkenan Zionis mereka telah membina kota dipinggir Khalil yang bernama Kirybat Arba. Dan sejak itulah Makan Nabi Ibrahim yang disebut ‘The Cave of Patriarch’ didalam Old testament, telah mudah dimasuki oleh mereka untuk melakukan ibadat. Lama kelamaan, penduduk Yahudi semakain bercambah sehinggalah kemudiannya ia dibahagi kepada 2 bahagian , iaitu satu untuk masjid dan satu untuk sinagog.

Keadaan bertambah rumit selepas perjanjian Oslo 1993, yang mana pentadbiran kota Khalil telah diserahkan sepenuhnya kepada regim Zionis.

Pembunuh

Dipagi Jumaat yang mulia pada tarikh 25 Februari 1994 bersamaan 15 Ramadan 1415 h,

seorang ekstrimis Yahudi bernama Dr. Baruch Goldstein telah melepaskan tembakan didalam masjid Ibrahimi yang telah membunuh hampir 60 orang dan mencederakan ramai lagi semasa solat Subuh. Yahudi tersebut telah mati dipukul oleh jemaah yang terselamat. Dia yang merupakan seorang doctor perubatan adalah pengikut kepada sebuah kumpulan yahudi radikal Kach.

Dia telah dianggap sebagai hero dikalangan Yahudi dan diberi gelaran ‘Baruch Gever‘yang bermaksud lelaki yang deberkati (Tuhan). Para ekstrimis Yahudi telah menobatkan beliau sebagai wali dan menjadikan kuburnya sebagai kunjungan setiap kali mereka ke Makam Nabi Ibrahim.


Pasca pembunuhan

Terlalu banyak kepelikkan yang terjadi selepas peristiwa ini. Perjanjian demi perjanjian yang termeterai menjadikan kedudukan Yahudi semakin kukuh, bukan sahaja di bumi Khalil tetapi juga di Masjid Ibrahimi. Pihak berkuasa Palestin, PA yang diketuai Yasser Arafat, telah banyak menggadaikan nasib-nasib penduduk Islam Palestin dan khazanah umat Islam. Seolah-olah yang berlaku adalah sebaliknya, atau dalam kata lain yang terbunuh adalah orang Yahudi dan yang membunuh adalah orang Islam. Begitu malang sekali umat Islam, pemimpin bukan sahaja tidak dapat mempertahankan nasib umat, malah menggadaikan pula apa yang dimiliki.

Selepas Masjid itu dikuasai regim, wajah Masjid Ibrahim telah banyak berubah rupa. Kawasan sinagog telah diperbesarkan dan kawasan solat umat Islam semakin mengecil. Dan bilangan tentera yang mengawal semakin bertambah. Itulah nasib umat Islam di bumi Palestin, sudah jatuh ditimpa tangga.

Fikirkanlah

Tujuan disingkap kembali peristiwa ini adalah untuk menjentik sensitiviti kita sebagai umat Islam. Penyembelihan umat Islam seramai 60 orang tanpa belas ihsan seharusnya menyedarkan kita akan tanggungjawab kita. Mereka sanggup mencabuli kesucian rumah Allah, menyanjung orang yang melakukan jenayah itu tanpa sedikit pun rasa simpati apatah lagi rasa hormat terhadap umat Islam Palestin.

Agaknya, persitiwa sehina mana lagi yang perlu terjadi agar dapat menyedarkan umat Islam kini? Renungkanlah sedalam mungkin, pasti ada hikmah yang cukup besar disebalik peristiwa ini. Yang pasti, mereka yang syahid bertemu Allah dipagi fajar itu telah terlepas dari amanah ini. Yakinlah, bahawa kita tidak akan terlepas dari ditanya oleh Allah, atas apa yang kita lakukan terhadap nasib malang umat Islam Palestin.

Ramadan banyak mengejutkan manusia tidur. Hati manusia bangkit, mata manusia celik dan diri manusia bingkas untuk mencari dan mengapai setiap peluang beramal. Beramalah dengan amal yang dapat dirasa sama oleh saudara kita di Palestin, infaq, doa dan kesungguhan.

Oleh: elfadil
Sumber: www.Halaqah.net

Jumaat, 11 September 2009

Merenung Diri


Setelah sekian lamanya
tersesat dalam angin dan kabut
di lautan nafsu yang membadai
hingga hampir lemas aku
dalam gelombang duniawi

Mujur sinar Ramadan yang datang
bersama sinar rahmat Nya
membisik lembut salam titipan Illahi
menerbit cahaya fikir
mengetuk pintu kalbu
agar kembali merenung diri
mencari fitrah insani
mengenal hakikat dan makrifat
dalam kesempatan yang singkat
sebelum berangkat pergi
ke negeri abadi

Dalam sujud pada Mu Rabbi
merenung dan muhasabah diri
doa dan tangis silih berganti
menangisi dosa-dosa silam
hingga kering kolam air mata
tumpah membasahi tasik hati
menyuci peribadi
mengalir insaf ke segenap sudut penjuru
urat darah dan denyut nadi

Ya Rabbul Izzati
kurniai sepasang sayap iman
untukku terbang ke langit taubat

Sumber: Cikgu Musri

Teladani 10 akhir Ramadan Nabi

Oleh MOHD NORZI NASIR

Kita disuruh melipat gandakan ibadat pada 10 hari terakhir Ramadan.
________________________________________

RAMADAN menjanjikan ganjaran yang cukup istimewa bagi seorang Muslim ke arah mengecapi kecemerlangan hidupnya. Hal ini akan terlaksana dan tercapai dengan jayanya.
Pertama; jika setiap hamba benar-benar seorang Muslim yang mengerjakan ibadah puasa berteraskan keimanan dan muhasabah serta mengikuti sunnah Rasulullah SAW.
Kedua; yakin dengan ganjaran yang telah dijanjikan Allah SWT terhadap segala amalannya. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: Sesiapa yang menghidupkan Ramadan dengan penuh keimanan dan penuh kesedaran (mengharap ganjaran Allah) nescaya akan diampuni baginya dosa-dosa yang lalu. (riwayat al-Bukhari dan Muslim]
Memasuki detik 10 terakhir Ramadan pesona peribadi dan perilaku Rasulullah SAW terlakar dalam hadis yang diriwayatkan daripada Aisyah r.a yang bermaksud: Adalah Rasulullah SAW apabila telah masuk 10 akhir daripada Ramadan, Baginda akan menghidupkan malam-malamnya, membangunkan ahli keluarganya dan mengikat pinggangnya. (riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Kupasan ringkas hadis

Para ulama berbeza pendapat dalam memberi pentafsiran mereka terhadap hadis di atas. Namun demikian mereka sepakat bahawa Rasulullah SAW melipat-gandakan ibadatnya pada 10 malam yang terakhir Ramadan.
Hadis di atas menunjukkan betapa Rasulullah SAW amat memberi tumpuan serius pada detik malam 10 terakhir Ramadan terutama dalam perihal beribadah. Dalam sebuah hadis lain yang diriwayatkan daripada Aisyah r.a yang bermaksud: Rasulullah SAW bersungguh-sungguh dalam 10 hari terakhir bulan Ramadan, suatu perkara yang tidak Rasulullah SAW lakukan pada bulan-bulan selainnya. (riwayat Muslim)
Mengikat kainnya
Ibn Hajar al-Asqalani menyatakan bahawa para ulama mempunyai beberapa pendapat terhadap istilah 'mengikat kainnya'.

Di antara pendapat yang paling kuat ialah ia membawa dua pengertian iaitu Rasulullah SAW tidak menggauli para isterinya iaitu melakukan hubungan suami isteri (jimak) dan ini digambarkan dengan istilah 'mengikat kainnya'.
Maksud yang kedua ialah baginda SAW bersungguh-sungguh dalam setiap ibadah yang dilakukannya. Kedua-dua pengertian adalah tepat jika dilihat dari perbuatan Rasulullah SAW tatkala tiba malam-malam 10 akhir Ramadan. (Fath al-Bari 6:310)
Menghidupkan malam harinya
Rasulullah SAW telah memberikan pedoman terbaik kepada umatnya agar melakukan transformasi dengan mengubah malam yang biasa pada bulan-bulan selain Ramadan dengan menghidupkannya dengan melakukan ketaatan melalui gerak kerja ibadah.
Antaranya melakukan solat-solat sunat, membaca al-Quran, beriktikaf terutama di sepertiga malam sewaktu manusia terlena di malam hari. (Fath al-Bari 6:310)
Membangunkan Ahli Keluarganya

Dalam hal gerak kerja beribadah (solat), baginda SAW tidak pernah melupakan atau mengabaikan keluarganya.
Rasulullah SAW menunjukkan contoh terbaik kepada seluruh umatnya terutama ketua keluarga agar tidak mengabaikan keluarga walaupun dalam perihal melakukan ibadah-ibadah sunat.
Perilaku baginda SAW membangunkan ahli keluargannya turut diteladani Khalifah Umar al-Khattab r.a di mana al-Imam Malik dalam Al-Muwatta' menyebutkan, bahawasanya Umar r.a melakukan solat malam seperti yang dikehendaki oleh Allah SWT, sehingga apabila tiba waktu pertengahan malam, Umar r.a membangunkan keluarganya agar melakukan solat seraya mengatakan kepada mereka: "Solat! solat!"
Perkara-perkara yang dianjurkan pada 10 malam terakhir Ramadan

lMandi antara Maghrib dan Isyak, memakai pakaian yang paling baik dan memakai harumanIbn Abi 'Asim meriwayatkan dari Aisyah r.a: "Rasulullah SAW jika berada dalam bulan Ramadan baginda seperti rutin hariannya tidur dan bangun. Tatkala memasuki 10 hari terakhir baginda mengikat kainnya dan menjauhkan diri dari bersama-sama para isterinya, serta baginda mandi antara Maghrib dan Isyak". (Terdapat riwayat Abu Hurairah yang menyokong hadis ini) Dalam riwayat lain daripada sahabat seperti Anas ibn Malik dan ulama pada masa tabi'en menyatakan bahawa mereka akan mandi, memakai baju yang paling baik dan memakai haruman atau wangian apabila berada pada akhir Ramadan. Apa yang dilakukan oleh Rasulullah, sahabat dan tabi'en ini adalah satu usaha menyambut dan meraikan kedatangan lailatul qadr, sambil berdoa mendapatkan keampunan dan keberkatan malam itu. Justeru pada malam-malam terakhir Ramadan di samping mencari lailatul qadr dianjurkan membersihkan diri dan memakai wangian dan haruman, sebagaimana ia turut dianjurkan ketika Aidilfitri dan Aidiladha.
lMencari lailatul qadr Umat Islam dianjurkan agar mencari dan merebut lailatul qadr.

Hal ini bertepatan dengan sabda baginda yang bermaksud, Carilah malam lailatul qadr pada 10 malam terakhir. (riwayat al-Bukhari) Dalam salah satu riwayat dikatakan bahawa Rasulullah SAW melakukan solat pada malam Ramadan dan membaca al-Quran dengan tertib. Baginda tidak akan melalui ayat rahmat kecuali berharap agar Allah memberikan rahmat itu dan tidak melalui ayat azab kecuali memohon perlindungan daripada Allah daripada azab itu.Solat berjemaah juga sangat diutamakan pada malam akhir Ramadan. Rasulullah bersabda: "Sesiapa yang mengerjakan solat Isyak dan Subuh secara berjemaah pada waktu malam, dia telah mengambil menghidupkan seluruh malam itu". (Riwayat Abu Dawud).Maksudnya sesiapa yang mengerjakan solat Isyak dan Subuh saja dianggap telah mendapat sebahagian apa yang dimaksudkan dengan lailatul qadr. Apatah lagi jika mengisinya dengan amalan lain sepanjang malam itu. Melewatkan sahur Daripada Sahl ibn Sa'd berkata: Sesungguhnya aku pernah bersahur bersama keluargaku dan aku sempat untuk sujud bersama dengan Rasulullah SAW. (riwayat al-Bukhari)Perlakuan ini turut diceritakan oleh Zaid ibn Thabit berkata: "Kami pernah bersahur bersama Rasulullah SAW kemudian kami bersolat dengan baginda. Lantas Anas bertanya, Berapakah jarak di antara sahur itu dengan solat? Zaid menjawab, kira-kira 50 ayat. (riwayat al-Bukhari)

lMelakukan iktikafIktikaf adalah sunnah yang dianjurkan oleh Baginda SAW demi memperolehi kelebihan dan ganjaran lailatul qadr (malam yang lebih baik dari 1,000 bulan).Firman Allah dalam surah al-Qadr yang bermaksud: Sesungguhnya Kami telah menurunkan (al-Quran) pada malam Lailatul Qadr, dan apa jalannya Engkau dapat mengetahui apa dia kebesaran malam Lailatul Qadr itu? Malam Lailatul Qadr lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu, turun malaikat dan Jibril dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun yang berikut); Sejahteralah malam (yang berkat) itu sehingga terbit fajar. (al-Qadr: 1-5) Menjelang 10 akhir Ramadan secara rutinnya Rasulullah SAW mengisi waktu-waktunya dengan beriktikaf di masjid. Pelakuan baginda ini berdasarkan hadis sahih riwayat al-Bukhari dan Muslim yang diriwayatkan daripada Aisyah r.a Bahawa Rasulullah SAW beritikaf pada 10 akhir daripada Ramadan sehingga baginda diwafatkan oleh Allah, kemudian (diteruskan sunnah) iktikaf selepas kewafatannya oleh para isterinya. Dalam sebuah hadis lain Bahawasanya Abu Hurairah berkata: "Rasulullah SAW selalu beriktikaf pada tiap-tiap sepuluh hari terakhir Ramadan, manakala pada tahun Baginda diwafatkan, Baginda beriktikaf selama 20 hari". (riwayat Ahmad, Abu Dawud, al-Tirmidzi dan dinilai sahih oleh al-Tirmidzi)

lMembanyakkan doaUlama bersepakat bahawa doa yang paling utama pada malam al-Qadar adalah doa memohon keampunan atau maghfirah daripada Allah SWT. Dalam satu hadis sahih yang diriwayatkan daripada Aisyah dan dikeluarkan oleh al-Imam al-Tirmidzi dan dinilai hasan sahih, Aisyah diajar oleh Rasulullah membaca doa pada malam al-Qadar. Doanya berbunyi: Allahumma innaka afuwwun karimun tuhibbul afwa fa' fu anni yang bermaksud: Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah Tuhan Yang Maha Pengampun, yang suka mengampun, maka ampunilah aku. (al-Tirmidzi 5:535)Rasulullah SAW turut berdoa yang bermaksud: "Ya Allah, jadikan sebaik-baik umurku adalah penghujungnya. Dan jadikan sebaik-baik amalku adalah penutupnya. Dan jadikan sebaik-baik hari-hariku adalah hari di mana aku bertemu dengan-Mu Kelak". (Musannaf Ibn Abi Syaibah 6: 65)

Sumber:Utusan Malaysia

Rezeki orang bujang bersahur di masjid

Oleh MOHD. RAFIE AZIMI
rafie.azimi@utusan.com.my

Suasana meriah bersahur di Masjid Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah, Shah Alam.
________________________________________

HIDUP membujang mungkin mencabar bagi sesetengah orang. Tiada lagi belaian manja ibu di sisi apatah lagi pemberian wang daripada ayah tersayang.
Segalanya perlu dilakukan sendiri. Duit poket juga ada kalanya perlu dicatu bagi memastikan cukup makan di penghujung bulan. Tidaklah nanti mee segera menjadi santapan ruji.

Masa juga penting kerana kain baju juga perlu dibasuh sendiri. Setidak-tidaknya perlukan masa untuk dihantar ke dobi dan tanggungjawab juga sudah semakin besar.
Ada yang membujang kerana mendambakan ilmu dan ada juga kerana merantau mencari rezeki.
Melihat hakikat ini, barangkali ada antara pembaca kecil yang membayangkan betapa sukar hidup membujang. Namun bagi mereka yang telah melepasi fasa itu, ia mungkin menjadi kenangan paling indah.

Sebabnya mudah, sebagai orang bujang, perbuatan anda tiada yang melarang. Lakukanlah apa sahaja, siapa yang peduli? Bukankah aku sudah dewasa dan tahu berfikir? Ibu dan ayah di kampung bukan tahu apa yang kita dilakukan.
Bebasnya si orang bujang sudah lama diakui orang. Buktinya, lirik lagu klasik Indonesia terkenal berjudul Jali Jali, turut menceritakan betapa orang bujang tidak ada yang mengongkong.
"Paling enak si mangga udang
Hei sayang di sayang
Pohonnya tinggi, pohonnya tinggi buahnya jarang,
Palinglah enak si orang bujang
Sayang,
Ke mana pergi, ke mana pergi
Tiada yang larang"

Namun kebebasan itu perlu diakui sebagai antara punca kepada tewasnya ramai anak muda kepada cabaran hidup. Mereka ada kalanya gagal membuat pilihan terbaik dalam menentukan masa depan hingga akhirnya terperosok di balik jeriji besi.
Seperkara menarik hidup membujang pastinya hadir di bulan Ramadan. Kala itu, masing-masing mula perlu merencana, di mana mahu mendapatkan juadah berbuka dan bagaimana pula mahu memastikan juadah yang ada tidak basi sebelum sahur?
Mahu atau tidak, semua itu perlu diambil kira. Jika di rumah, sudah tentu masakan ibu menjadi pujaan. Tetapi adat hidup membujang, masakan ibu hanya menjadi sesuatu untuk dirindui.
Menyediakan juadah berbuka, ada yang mengambil mudah. Bagi mereka, bazar-bazar Ramadan pastinya sesuatu yang wajib dikunjungi tiap hari. Sebutlah apa sahaja, semuanya tersedia. Cuma menanti duit dihulur.

Bagi segelintir lain, memasak sendiri mungkin menjadi pilihan. Biarlah hanya berlaukkan sardin, sambal ikan bilis hatta cuma telur goreng dan kicap sekali pun. Asalkan kenyang dan dapat berjimat menempuh hari esok sudah memadai.
Itu baru cerita berbuka. Di waktu sahur pula tentunya orang bujang lebih tidak banyak ragam. Cabaran terbesar mungkin bukan apa hendak dimakan, tetapi bagaimana mahu memastikan terjaga pada waktu yang tepat sebelum imsak.
Menyelami kehidupan orang bujang di bulan Ramadhan, MEGA baru-baru ini berkunjung ke Masjid Negeri Selangor Darul Ehsan iaitu Masjid Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah untuk merasai pengalaman bersahur beramai-ramai.

Tentunya, deretan yang hadir terdiri daripada orang bujang dengan usia lingkungan 20-an. Seawal jam 3.45 pagi (15 minit sebelum pintu pagar masjid dibuka), sudah berduyun-duyun motosikal dan kereta menunggu untuk masuk ke perkarangan masjid.
Sebaik ke tempat juadah disediakan, kedinginan pagi tidak lagi terasa. Masing-masing sudah mula beratur mengambil pinggan untuk diisi dengan juadah disediakan hari itu (kari daging dan tempe goreng serta buah tembikai).
Seronok melihat anak muda berduyun ke masjid. Terdetik juga di hati mengetahui bagaimana mereka menghadapi Ramadan. Sedang enak mereka menjamu selera, seorang demi seorang MEGA dekati.

Mahasiswa Universiti Teknologi Mara (UiTM), Wan Irsyad Wan Ishak, 22, tidak menafikan hidup membujang membawa cabaran tersendiri untuk dihadapi.
Baginya, perkara pertama perlu dipertimbangkan dalam pemilihan juadah berbuka adalah soal kos selain suasana tempat untuk berbuka.
"Memanglah di bulan puasa ini dapat berjimat kerana kita tidak makan di waktu siang. Tetapi, penjimatan tetap perlu dibuat bagi memastikan persiapan menghadapi Aidilfitri lengkap.

"Sebagai pelajar, aspek kewangan perlu dititik beratkan kerana kami tidak mempunyai pendapatan tetap. Takkanlah hendak minta pada keluarga selalu," katanya.
Justeru, bagi memastikan beliau dapat lebih berjimat, Irsyad bersama rakan-rakannya lebih gemar berbuka dan bersahur di Masjid Sultan Salahuddin yang menyediakan makanan percuma.
Menurutnya, beliau sudah mengetahui mengenai program sebegitu sejak dua atau tiga tahun lepas dan peluang keemasan untuk menikmati makanan percuma dan menyelerakan di masjid tidak dilepaskan.
"Saya selalu ke sini. Selain berjimat, saya terkenang kembali kehidupan di asrama ketika bersekolah dahulu bersama rakan-rakan beratur beramai-ramai mengambil makanan," katanya.

Tenaga pengajar di sebuah kolej swasta, Mohd. Auzan Abd. Aziz, 24, pula menyifatkan kedatangan Ramadan sebagai ruang baginya untuk terus mengukuhkan silaturrahim di antara rakan-rakan.
Beliau berkata, hubungannya dengan rakan-rakan bertambah erat apabila mereka saling sering bekerjasama untuk menyediakan makanan bagi berbuka puasa dan bersahur.
"Contohnya, saya bersama rakan-rakan akan membeli satu jenis lauk setiap seorang. Bila dikumpulkan, maka ia akan menjadi banyak dan dapat dinikmati semua," katanya.
Bagaimanapun beliau tidak menafikan suasana berpuasa di kampung bersama keluarga adalah sesuatu yang dirindui setiap kali Ramadan.
"Ia adalah sesuatu yang manis. Saya sendiri akan pulang ke kampung pagi ini bagi menikmati saat itu," katanya,

Seorang pekerja kilang, Mohd. Faizal Najib, 23, berkata, golongan bujang sepertinya sentiasa menghargai setiap pemberian daripada pihak-pihak tertentu untuk mereka menjalani ibadah puasa.
Beliau yang kali pertama bersahur di masjid memberitahu, ia adalah sesuatu yang menyeronokkan di samping menggalakkan anak muda sepertinya datang beribadat di masjid.
Beliau berpendapat, aktiviti seperti itu seharusnya digunakan anak muda untuk datang ke masjid dan melakukan amal ibadat seperti qiamullail atau solat sunat sebelum bersahur.

"Anak-anak muda juga boleh menunggu untuk menunaikan solat subuh secara berjemaah sebelum pulang. Pastinya aktiviti yang sihat bagi melahirkan modal insan," katanya.
Tidak hanya rakyat tempatan, beberapa warga asing turut dilihat menikmati juadah sahur disediakan.
Penuntut Kolej Universiti Islam Antarabangsa Selangor (KUIS), Asghar Khan, 36, berkata, bagi perantau bujang sepertinya, persiapan bersahur dan berbuka seringkali dilakukan secara ala kadar sahaja.

Namun katanya, beliau berbesar hati kerana dapat sama menumpang rezeki di negeri orang apabila turut diberi peluang bersahur dan berbuka di masjid itu secara percuma.
"Syukur saya dapat sama-sama menikmati makanan di sini. Kebiasaannya saya akan hanya ke kedai mamak berdekatan untuk bersahur.
"Tetapi di sini saya lebih yakin terhadap kebersihan dan status halal makanan itu. Apa yang membuatkannya lebih baik, saya dapat mempelajari secara lebih mendalam mengenai agama Islam melalui kuliah subuh dan tafsir al-Quran yang diadakan selepas solat subuh," ujarnya.

Sementara itu, Imam Besar masjid tersebut, Ahmad Mustafa Mohd. Sidin memberitahu, amalan berbuka puasa, bersahur serta moreh beramai-ramai di masjid itu telah dimulakan sejak tahun 90-an lagi.
Menurutnya, sebanyak RM360,000 diperuntukkan kerajaan negeri bagi menampung pembelian makanan setiap hari di sepanjang Ramadan.
Daripada jumlah itu katanya, RM43,500 dibelanjakan hanya untuk bekalan makanan sahur bagi 300 orang pada setiap malam.

"Bagaimanapun ia bukanlah jumlah yang tetap. Kami akan menambah peruntukkan itu bergantung kepada jumlah pengunjung," jelasnya.
Beliau menambah, pihak masjid akan memulakan ibadat qiamullail setiap hari pada 10 malam terakhir Ramadan.
"Kita harapkan sambutan lebih baik dari orang ramai untuk memenuhi ruang masjid bagi mencari keberkatan pada 10 malam terakhir Ramadan bermula jam tiga pagi," katanya.

Sumber:Utusan Malaysia

Berpuasa di negara asing uji iman, duga kesabaran

Daripada Harny Abu Khair, Glasgow, United Kingdom (UK)


MENGERJAKAN ibadat puasa di negara yang majoritinya bukan Islam memang mencabar, ditambah pula Ramadan tahun ini jatuh pada penghujung musim panas yang siangnya lebih panjang dari malam. Bagi kami yang berada di Glasgow, Scotland, berpuasa 16 jam sehari tidaklah begitu terasa, tetapi bagi anak-anak yang baru belajar berpuasa, keadaan cukup mencabar.

Walaupun jauh dari tanah air, rukun Islam yang ketiga tetap dilakukan sesempurna mungkin. Program menyemarakkan lagi Ramadan dilakukan bukan saja untuk mencari keredaan Allah dan melipatgandakan pahala, malah mengeratkan lagi ukhuwah yang sedia terjalin di antara satu sama lain.

Berada di tengah-tengah kelompok yang semakin tidak percaya kewujudan Tuhan, adalah satu keadaan yang mencabar dan memerlukan seseorang itu sentiasa istiqamah untuk mengamalkan perintah Allah dan Rasulnya. Umat Islam di sini harus kuat mempertahankan aqidah dan identiti dan program seperti ini dapat membantu menguatkan lagi ‘sistem pertahanan’ diri seseorang.
Komuniti Muslim Malaysia di Glasgow dibahagikan kepada tiga kawasan yang dipanggil kampung. Komuniti yang terbesar terletak di Govanhill, di seberang Sungai Clyde di selatan bandar ini. Kedua terbesar berada Charles Street dan Dennistoun di bahagian timur, manakala selebihnya berada di pusat bandar dan di bahagian barat atau West End.

Program Ihya Ramadan diadakan dijalankan secara bergilir-gilir di antara komuniti Muslim Malaysia yang berada di Glasgow. Antaranya termasuk bertadarus yang diadakan pada waktu pagi hingga tengah hari untuk mereka yang berkelapangan. Bagi yang tidak berkesempatan untuk berkumpul bersama-sama, teknologi moden sosial media seperti Skype atau Paltalkscene digunakan untuk bersama-sama mengalunkan ayat suci kalam Allah.

Santapan kerohanian ini diteruskan lagi dengan program ceramah yang dilakukan pada setiap Sabtu untuk menambahkan lagi penghayatan Ramadan. Ia juga memberi kesempatan kepada masyarakat Muslim Malaysia di sini yang sibuk dengan urusan masing-masing untuk berkumpul bersama-sama pada hari minggu.
Jadual program sempena Ramadan secara bergilir-gilir ini disusun dengan baik oleh ahli jawatankuasa Komuniti Melayu Glasgow untuk memastikan bulan yang mulia ini sentiasa terisi dengan aktiviti yang bermanfaat. Kemuncak program Ihya’ ini adalah Qiyamullail yang bakal diadakan pada 10 malam terakhir untuk mencari Lailatulqadar.

Bagi yang bujang atau tidak berkesempatan untuk berbuka puasa bersama keluarga akibat tuntutan pekerjaan, masjid di sekitar Glasgow mengadakan jamuan iftar setiap hari hasil kutipan sedekah yang diterima. Bagi pelajar University of Strathclyde, masjid Persatuan Pelajar Muslim Strathclyde University (Sumsa) menjadi tumpuan untuk iftar jika tidak berkesempatan pulang ke rumah masing-masing.

Di situlah mereka berkumpul dengan pelajar Muslim dari negara yang berbeza untuk iftar dan solat Maghrib berjemaah bersama-sama. Kurma dan susu dan kemudian nasi briyani Arab dengan kari ayam atau kambing adalah menu harian di Sumsa . Sesekali dapat juga merasa makanan dari Asia Barat lain seperti nasi daging berbungkus daun anggur, kus kus, pasta bakar atau manisan seperti baklava dan harissa.

Walaupun di sini sering dimomokkan mengenai Islamofobia, agama benar ini tetap berkembang secara progresif, walaupun sedikit perlahan. Program New To Islam yang diadakan di Sumsa ini juga menyaksikan beberapa saudara baru mengangkat syahadah setiap Rabu dan bilangan mereka, walaupun kecil, tetap konsisten. Alhamdulillah.
Ramadan di perantauan tetap meriah dengan jemputan berbuka puasa yang tidak putus-putus antara rakan di sini. Walaupun tanpa bazar Ramadan, juadah disediakan tetap pelbagai. Terasa terubat rindu kepada kampung halaman apabila dapat mencicip hidangan dari pelbagai negeri bersama-sama.

Sabtu lepas, komuniti Muslim Malaysia yang berada di Charles Street mengadakan jamuan berbuka puasa secara ‘pot luck’ dan solat Maghrib, Isyak dan Tarawih berjemaah. Pelbagai juadah dan lauk pauk dibawa dan dikongsi beramai-ramai. Inilah masa untuk merapatkan ukhuwah dan berkenalan dengan pelajar baru yang pertama kali berpuasa dan bakal beraya di perantauan.

Beginilah asam garam berada di perantauan. Walaupun berada di tanah yang majoriti penduduknya bukan Islam, tuntutan agama tetap wajib dilunaskan dengan sempurna. Alhamdulillah, walaupun tidak semeriah di Malaysia, roh Ramadan itu tetap dirasakan.

Perasaan rindu pada tanah air tetap menggebu apatah lagi memikirkan mungkin terpaksa berhari raya di perantauan, tetapi amanah dalam pelajaran dan pekerjaan harus dipikul hingga selesai. Kami semua akan pulang ke pangkuan keluarga di tanah air. Doakan kami di sini.

Penulis ialah pelajar di University of Strathclyde, Glasgow, Scotland, UK
Sumber: Berita Harian

Tarawih ibadah atau budaya?

Oleh RAMLI ABDUL HALIM

Solat tarawih hanya disunat dikerjakan pada bulan Ramadan.
________________________________________

SETIAP malam Ramadan, tidak kira masjid, surau atau pun madrasah penuh dengan jemaah. Masjid, surau dan madrasah yang imamnya dari kalangan hafiz yang ada ilmu taranum akan menjadi tumpuan ramai berjemaah.
Lazimnya akan didengar selepas selesai terawih komen-komen tentang imam, kononnya imam di masjid, surau dan madrasah 'B' misalnya lebih sedap bacaannya dari imam di masjid, surau dan madrasah 'A', gaya bacannya sebiji macam juara qari tilawatil-Quran peringkat antarabangsa.

Kesanggupan bertarawih lapan atau 20 rakaat juga bergantung kepada sedap atau tidaknya bacaan imam.
Malah ada jemaah yang sanggup tukar masjid untuk bertarawih apabila imam di masjid yang dia lazim bertarawih ada musakah dan tidak dapat menjadi imam dalam tempoh semalam dua.

Persoalannya apakah sedap tidak sedap cara imam mengalunkan suaranya yang kena dijadikan faktor untuk bertarawih atau kerana mahu beramal ibadah kerana Allah.
Kalau kerana imam, maka sembahyang tarawih yang dikerjakan cuba ditahap dan distatuskan sebagai budaya, bukannya ibadah.

Kalau terlalu sedap sangat bacaan imam pun boleh menyebabkan makmum terbuai dan leka oleh bacaan imam.
Yang penting bagi yang jadi iman adalah lebih betul bacaannya, terutama al-Fatihah berbanding dengan makmum di samping syarat-syarat sah sembahyang yang lain.
Kalau semuanya sama betul bacaan belaka, kena pilih yang sempurna anggotanya dan kalau semuanya sempurna anggota, kena pilih yang paling tua tetapi bukan nyanyuk.
Manakala makmum pula kena pastikan kualiti sembahyang kena ditingkatkan. Cara kiam, takbiratul-ihram, bacaan al-fatihah kena betul, cara rukuk, iktidal. sujud dan duduk antara dua sujud serta segala rukun kena betul.

Syarat-syarat sah sembahyang kena dipelihara. Tak guna sembahyang sampai 20 rakaat kalau setiap rakaat dalam keadaan batal atau kalau sekadar sembahyang takut dikata kurang lebai kalau sekadar bertarawih lapan rakaat misalnya.
Tidak boleh mendahului iman, tidak boleh dengan sengaja berdehem, tidak boleh gerakan badan tiga kali berturut-turut. Nampaknya dalam keghairahan bertarawih, hal-hal sedemikian tidak diambil berat.

Bila gatal tidak boleh digaru dengan kuat, cukup sekadar menggunakan sebatang jari, digaru tiga kali dan berhenti, kemudian garu lagi, juga sekadar tiga kali kalau gatal masih belum hilang.

Amal ibadah, termasuk sembahyang tidak boleh dibuat dalam keadaan jahil. Masih ramai jemaah yang bangun lebih awal dari iman bagi memulakan rakaat sembahyang, juga masih ramai yang pakai kopiah atau songkok, malah serban juga menutup separuh dari dahi.
Tidak kurang pula yang berdehem, yang mengeluh mungkin kerana tidak tahan terlalu berdiri kerana imam baca surah yang panjang dan ada yang menggaru sampai bergerak seluruh badan melebihi tiga kali.

Masih ada yang cara rukuk, sujud dan bersimpuhnya tidak betul dan tidak menepati apa yang dihukumkan sebagai syarat sah sembahyang sebagaimana yang terkandung dalam kitab-kitab fikah.
Sembahyang bererti kita sedang berdepan dengan Allah dan ketika membaca al-fatihah bermakna kita sedang berkomunikasi dengan Allah kerana setiap ayat al-fatihah yang kita baca, Allah akan memberi respons.

Sebab itulah al-fatihah lebih afdal dibaca ayat demi ayat, bukannya dibaca dalam keadaan bersambungan.
Kalau adalah imam yang baca al-fatihah dalam hanya senafas semata-mata kerana nafasnya panjang atau kerana mahu cepat selesai, imam sedemikian walaupun seorang hafiz ia termasuk dalam bilangan hafiz yang jahil.

Mudah-mudahan kita bertarawih pada bulan Ramadhan kali ini dalam keadaan lebih berilmu supaya kualiti amal ibadah, iman dan takwa kita kian meningkat berbanding dengan Ramadan-Ramadan yang telah lepas.

*RAMLI ABDUL HALIM ialah bekas pelajar Madrasah Al-Balaghulmubin Rong Chenak, Tok Uban, Pasir Mas, Kelantan dan menjadi pengamal media sejak tahun 1973.

Hubungan manusia, Pencipta perlu sentiasa utuh


Oleh Juanda Jaya
Berdoa minta pertolongan hendaklah sepanjang masa bukan hanya ketika berdepan musibah

RAMAI yang meminta kepada manusia tetapi tidak mahu meminta kepada Allah SWT. Mereka juga pandai menjaga hubungan baik dengan manusia tetapi memutuskan hubungannya dengan Allah SWT. Mereka bergantung kepada manusia dan berharap mendapat manfaat daripadanya sehingga melupakan kuasa Allah SWT yang memberi manfaat dan mudarat. Perbuatan sebegini boleh menyebabkan iman seseorang terjejas. Seolah-olah mereka hilang kepercayaan kepada Allah SWT, padahal Dialah yang menggenggam ubun-ubun setiap makhluk.

Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik berjumpa dengan cucunda Umar bin Al-Khattab, seorang warak, zuhud lagi alim bernama Salim bin Abdullah bin Umar al-Khattab. Kedua-duanya berada di Baitullah. Khalifah bertanya: “Apakah kamu mempunyai hajat kepadaku, wahai Salim?” Salim menjawab: “Wahai Sulaiman tidakkah engkau malu mengatakan itu padahal engkau berada di Baitullah? Kemudian Salim keluar dan Sulaiman menunggunya di luar Baitullah dan kembali bertanya: “Apakah kamu mempunyai keperluan kepadaku?” Salim bertanya juga: “Keperluan dunia atau akhirat, wahai khalifah?” Sulaiman menjawab: “Keperluan dunia.” Salim berkata: “Adapun tentang keperluan dunia, kepada yang memilikinya pun aku tidak pernah meminta, bagaimana mungkin aku memintanya kepada yang tidak memilikinya?

Kepada Allah SWT yang memiliki dunia dan segala isinya pun beliau tidak meminta kecuali untuk kepentingan akhiratnya saja, apatah lagi kepada manusia yang hakikatnya tidak memiliki apa-apa. Begitu kuatnya hubungan orang mukmin kepada Allah SWT melebihi hubungan sesama manusia di dunia ini. Keyakinannya kepada Allah SWT terpacak kukuh dan tidak mungkin digoyah oleh kuasa apapun. Orang mukmin berpegang kepada satu keyakinan, iaitu hanya kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya yang bermaksud:

“Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” (Surah Al-An’am: 17)
Apabila syaitan pernah meminta kepada Allah SWT dan permintaannya dimakbulkan, mengapa ramai manusia tidak yakin dengan doanya kepada Allah SWT seterusnya berhenti berharap, berputus asa daripada rahmat-Nya dan mencabut akar keyakinan daripada hatinya kepada Allah SWT? Sedangkan iblis diberi peluang, inikan pula manusia makhluk pilihan paling mulia.

Sebagaimana yang terakam di dalam surah Al-A’raf: 14-15, maksudnya: “Iblis berkata: Beri tangguh kepadaku sampai waktu mereka (manusia) dibangkitkan”. Allah berfirman: Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.”

Sehebat dan sekuat apapun, manusia tetap makhluk yang tidak berupaya melawan takdir-Nya. Dia memerlukan pertolongan Allah SWT, menyandar pada rahmat-Nya, bergantung hidup kepada limpah kurnia-Nya dan mengharapkan belas kasihan ketika menghadapi sebarang musibah.
Namun begitu, ada juga yang bergantung kepada Allah SWT ketika susah saja, jika sudah berakhir kesusahannya dia kembali berpaling. Sebagaimana firman Allah SWT yang bermaksud:

”Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya, begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (Surah Yunus: 12)

Mengapa cepat sekali hati berubah? Sekejap ingat sekejap lupa, iman dan kufur bertukar-tukar seperti baju yang dipakai. Benarlah sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:

”Bersegeralah kalian mengerjakan amal soleh. Kerana akan terjadi bencana yang menyerupai malam yang gelap, iaitu seseorang yang pada waktu pagi beriman tetapi pada waktu petang dia kafir atau sebaliknya pada waktu petang dia beriman dan pada pagi harinya dia kafir. Dia menukar agamanya dengan sedikit keuntungan dunia.” (Hadis riwayat Muslim)

Perubahan iman yang berlaku sebegini pada asasnya disebabkan renggangnya hubungan manusia dengan Allah SWT, lemahnya keyakinan mengenai sifat-Nya dan kejahilan yang disengajakan. Secara sengaja mereka menolak kebenaran al-Quran dan Sunnah, berdolak-dalih mencari alasan untuk meninggalkan agama ke tepi. Pandai berputar belit menafikan ayat-ayat Allah dan semua itu dilakukan kerana mereka lupa siapa diri mereka sebenarnya.

Jika mereka berpijak pada bumi nyata, mereka akan menghayati kelemahan diri. Mereka memerlukan Allah SWT untuk selamat sampai ke tujuan. Jika mereka diliputi kesulitan hanya kepada Yang Maha Kuasa saja tempat bergantung. Apabila tiada lagi kekuatan dalam diri yang boleh menyelamatkan maka mereka menjerit mencari Tuhan Yang Maha Perkasa. Sebagaimana jeritan Qarun dan Firaun, kaum ‘Ad dan Tsamud. Sedangkan Nabi Musa merayu kepada Bani Israil setelah berkali-kali dikecewakan dengan kekufuran mereka:

Walau diri pernah ternoda oleh dosa dan maksiat, tetaplah berharap kepada Allah SWT. Sesiapa yang memutuskan hubungan dengan Allah maka dia akan terputus daripada kesenangan dunia dan di akhirat pula menanti azab yang kekal selama-lamanya. Doa dan harapan kepada Allah adalah senjata yang paling tajam untuk membunuh iblis dan syaitan. Doa seorang hamba melemahkan semangat iblis untuk menyesatkannya dari jalan Allah. Disebabkan tangisan, ketakutan, harapan dan cemas mengiringi doa seorang hamba membuat iblis berputus asa seketika.

Apatah lagi mendengar ketulusan seorang yang menyerahkan segala permintaannya menurut ilmu Allah SWT bukan menurut kehendak diri sendiri. Sebagaimana doa Nabi Nuh AS saat melihat darah dagingnya sendiri tenggelam ditelan banjir besar. Firman Allah yang bermaksud;

“Nuh berkata: Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakikat)nya dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, nescaya aku termasuk orang-orang yang merugi.” (Surah Hud ayat: 47)
Bolehkah kita menghadirkan sangka baik kepada Allah SWT dalam keadaan seteruk apapun dan mempersembahkan doa yang paling tulus? Belum terlambat untuk mengetuk pintu langit dengan bahasa yang paling indah dan lembut diiringi dengan harapan dan keyakinan kepada janji Allah SWT. Sesungguhnya tidak akan ditolak doa orang yang berpuasa. Amin ya Allah, ya rabbal ‘alamiin.

- Penulis ialah Mufti Perlis